Selasa, 05 Februari 2008

Tabah Demi Si Buah Hati

RADEN SALEH, METRO

Jalan hidup manusia yang hidup di dunia ini memang tidak semuanya sama. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang bisa hidup berdampingan dengan keluarga dan ada yang tidak. Ada yang bisa langgeng dengan suaminya dan ada pula yang tidak. Melirik nasib seorang pembantu rumah tangga yang satu ini memang membuat hati jadi terharu.

Dia adalah Asti (27), warga Kurao Pagang Kecamatan Naggalo menjadi seorang PRT di bilangan Jalan Pramuka II. Kepada POSMETRO ia mengaku berangkat dari rumah kala fajar menjelang menuju rumah majikannya untuk bekerja. Si kecil yang masih terlelap terpaksa ditinggalkan dan dititipkannya ke tetangga sebelah. Dengan berjalan kaki dan menapaki jalan selangkah demi selangkah dan menyusuri dinginnya pagi. Sekitar 45 menit perjalanan, barulah ia sampai di rumah majikannya.

Mulai dari mencuci hingga memasak dan membersihkan rumah dilakukannya. Pekerjaan ini terpaksa ia lakoni untuk menghidupi seorang anaknya yang sudah berumur 2 tahun. Karena sang suami yang seharusnya bertanggung jawab teradap dia dan anaknya telah kabur tidak tahu rimbanya.

"Saya bekerja sebagai PRT ini untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan anak saya. Karena suami saya sudah pergi entah kemana. Hal itu telah berlangsung selamat 2 tahun atau seumur anak saya satu-satunya dari suami yang tidak bertanggung jawab itu. Pergi dan pulang terpaksa dengan berjalan kaki untuk menghemat biaya," ungkap Asti.

Sambil menyeka peluh di dahinya dan wajahnya yang terlihat letih dan kuyu di pagi menjelang siang itu ia terus berkata, bukan saja keletihan fisik yang ia rasakan, tetapi juga kelelahan batin. Betapa tidak, beban pekerjaan yang sehari-hari ia kerjakan semakin berat oleh kesedihan yang ia rasakan. Namun, ia bertekad untuk selalu tegasr dan kuat demi si buah hati.

"Asti baru habis masak ni bang. Semua ini Asti anggap ujian dari yang kuasa. Semoga Asti selalu tabah", ungkapnya singkat.

Sambil terus tersenyum walau kadang terlihat dipaksakan, Asti terus berkata, walau tangan harus menggelupas karena deterjen, namun ini dianggap pengerbanan untuk anaknya tersayang.

Dikatakannya, hingga sore mejelang ia sudah beranjak dari rumah majikannya untuk pulang ke rumah. Sesampai di rumah, ia mengurus anaknya yang tadi dititipkan kepada tetangga sebelah. Rasa letih dan kesedihan yang ia rasakan terobati dengan kelucuan dan kelincahan buah hatinya. Hingga malam larut, ia telah menina bobokkan buah hatinya di peraduan yang seadanya. Setelah fajar kembali menjelang, Asti akan memulai lagi rutinitasnya sebagai PRT dan begitu setiap harinya sejak 1 tahun terakhir.

"Tidak pernah terbayang oleh saya harus menjalani hidup seperti ini. Bekerja sebagai PRT. Karena, sejak menamatkan salah satu SMU di Kota Padang ini, saya bekerja sebagai SPG di salah satu supermarket di kota ini. Terakhir saya bekerja sebagai BA Cosmetic di Kota Medan. Namun, sejak menikah dengan orang pilihan orang tua saya, jadilah saya tidak punya pekerjaan," papar Asti.

Sehingga, lanjutnya, karena tidak beberapa lama setelah menikah, ia ditinggal suaminya, maka ia terpaksa luntang lantung mencari kerja dan keluarga menutup mata dengan penderitaan yang ia alami. Maka, tidak ingin lama-lama menajdi PRT, maka ia kembali belajar komputer dan menulis seperti yang pernah ia lakoni semasa sekolah dulu.

"Asti ingin pekerjaan yang lebih baik bang. Asti sekarang sudah mulai belajar komputer lagi, walau basic sudah ada waktu sekolah dulu. Begitu juga dengan menulis seperti dulu yang sering mengisi Majalah Dinding (Mading) di sekolah," tuturnya. (nph)

Tidak ada komentar: