Jumat, 05 September 2008

Dari Patani Hingga Silungkang sampai ke Batu Mananggau

NOLPITOS HENDRI-SAWAHLUNTO
Patani adalah sebuah negeri yang berada di negara tetangga Indonesia yaitu Thailand. Sedangkan Silungkang adalah sebuah negeri yang berada di Kota Sawahlunto yang berjulukan Kota Mutiara Hitam di Sumatera Barat, Indonesia. Lantas dimana korelasi atau hubungan antara kedua daerah ini? Jawabannya adalah tenun dan songket. Kemudian, bagaimana ceritanya hingga ada hubungan demikian?

Sejak dulunya, semasa Thailand belum merdeka, Negeri Patani sudah terkenal dengan batiknya. Batik tersebut diproduksi oleh tangan-tangan cekatan para petenun hampir di seluruh pelosok negeri itu. Kemudian batik tersebut disulap menjadi songket yang beranekaragam motif, ukuran dan model. Hingga dengan batik itu, nama Patani dikenal orang di seluruh penjuru Thailand hingga pelosok.

Begitu pula halnya dengan Silungkang. Batik hasil petenunnya juga terkenal senatero Indonesia. Malahan bau wanginya merebak ke belahan negara tetangga seperti Malaisya, Singapura dan lainnya. Dengan dasar itu pulalah ratusan petenun Silungkang bergabung untuk bersama-sama maju mengembangkan batik hasil tenunan mereka. Hingga lahirlah Gapersil (Gabungan Pertenunan Silungkang-red) dengan mendirikan sebuah bangunan tempat mereka bekerja di tepi sungai dan di kaki bebukitan.

Dimasa itu, batik sedang diminati dan dicari masyarakat. Sehingga para petenun semakin jaya. Namun, hari berganti, bulan berlalu, tahun berganti hingga beberapa Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun-red) dimasa itu. Para petenun mulai kehilangan pasar. Kemudian berlanjut hilangnya generasi penerus. Ditambah lagi oleh naluri manusia yang suka akan kemewahan membawa mereka kepada perpecahan dan kejatuhan.

Akhirnya, perjuangan panjang para petenun pun berakhir. Gapensil pun akhirnya tinggal nama. Hingga kini bangunan itu mulai menampakkan ketuannya karena dimakan masa karena ditimpa hujan dan panas serta didera badai dan topan keirian.

Setidaknya demikian disampaikan Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Silungkang, Syahrudin Dt Rangkayo Basa tentang selintas kejayaan tenun Silungkang di masa lalu. Dikatakannya, kini tenunan yang menghasilkan batik dan songket itu hanya tinggal beberapa saja. Namun, selain batik, kini Silungkang juga dikenal dengan kerajinannya. Yaitu kerajinan rotan dan manau yang diolah menjadi berbagai macam bentuk souvenir dan alat rumah tangga seperti kursi, meja, sapu, kamar set, dan lainnya.

Lantas, darimana kepandaian membatik itu di dapat? Seorang tokoh di Silungkang, Eryanto Melhisi yang juga menjadi caleg pada pemilu mendatang kepada POSMETRO menyebutkan bahwa kepandaian menenun, membatik dan membuat songket itu dahulunya didapat oleh nenek moyang orang Silungkang dari negeri Patani di Thailand. Jadi, disinilah hubungan antara Patani dan Silungkang.

Menurut Anto, karena songket merupakan peninggalan nenek moyang, maka harus dilestarikan dan patut dikembangkan secara besar-besaran. Apalagi di zaman yang serba canggih dan modern ini masyarakat dan kaum tertentu meminati pakaian dengan motif antik dan tradisional sebagaimana halnya ada pada batik.

"Karenanya, mengingat kejayaan dimasa lampau dan untuk mengembalikannya ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Salah satunya dengan mengajak generasi muda untuk membuka diri untuk mempelajari motif khas Songket Silungkang. Kemudian, Pemerintah Kota Sawahlunto harus bisa mencarikan bapak angkat (investor) dalam pemasaran songket tersebut. Begitu juga halnya dengan pengusaha, harus bisa pula mengembangkan motif songket terbaru sesuai dengan selera pasar," ungkap Anto.

Kemudian, tambah Anto, saat ini, berkat bantuan Pemerintah Kota Sawahlunto telah berdiri Kampung Pertenunan Batu Mananggau. Hasilnya bisa di lihat di sepanjang Jalan Lintas Sumatera Silungkang.Selain itu, dalam program PNPM P2KP juga telah ada dilaksanakan pelatihan untuk generasi muda agar terampil membuat songket Silungkang.

Tidak ada komentar: