Kamis, 03 Januari 2008

Parit dari Kayu Penahan Gelombang

Apa mau dikata, walau sudah berusaha menyelamatkan rumah dari hempasan gelombang pasang dengan menggunakan parit kayu, namun rumah itu tetap roboh juga. Malahan parit kayu tersebut pun bercerai berai akibat gelombang pasang. Sehingga perlu dibangun lagi.

SUNGAI PISANG-Nolpitos Hendri

Begitulah yang dialami Asril (48) bersama empat belas kepala kelurga lainnya di Pasie Gantiang Sungai Pisang Kelurahan Taluak Kabuang Selatan Kecamatan Bunguih Taluak Kabuang.

"Ikolah karajo kami kalau galombang pasang tibo," ungap Asril ketika ditemui POSMETRO saat menggali dan menempatkan kembali parit kayu yang bercerai berai akibat terpaan gelombang.

Dijelaskan Asril parit dari kayu untuk menghalangi gelombang menghantam rumahnya. Walau tidak bisa menghalangi secara total, untuk memecah gelombang itu saja sudah cukup. Lagi pula, rumahnya yang hanya terbuat dari papan tidak akan sanggup menahan gelombang besar lagi kuat itu.

Dikatakannya, untung sudah diberi parit seperti ini (sambil memegang parit dari kayu tersebut). Sehingga rumahnya yang roboh akibat diterpa gelombang pasang hanya pada bagian dapur saja. Bayangkan kalau tidak, maka akan robohlah seluruhnya.

Sambil terus bekerja menggali lobang untuk memasang parit kayu itu, ia berkata, inilah tanggungan kami hampir setiap gelombang pasang. Namun, ini yang terbesar selama ini. Sehingga rumah warga lainnya yang sudah ada parit kayunya juga roboh dan terban. Akibatnya kami terpaksa mengungsi untuk menghindar dari gelombang lainnya yang datang tidak diduga-duga.

Diterangkannya, kayu untuk parit itu diambil ke hutan dan diangkut menggunakan perahu. Kamudian, kalau gelombang datang dan membawa kayu tersebut, maka terpaksa dicari lagi. Dengan artikata, semakin besar gelombang yang datang maka semakin besar kemungkinannya kayu parit itu terbawa arus. Maka, semakin besar pulalah penderitaan untuk mencari kayu ke hutan.

"Kalau sudah begini, badan akan letih karena mencari kayu. Akibatnya, ke laut pun tidak akan sanggup lagi. Hal ini akan mengurangi pendapatan dan berkurang pula makan untuk kelarga yang masih dalam tanggungannya,' ungkap Asril.

Daerah dimana Asril tinggal ini terletak di bagian selatan Kecamatan Bunguih Taluak Kabuang. Lebih selatannya lagi terdapat Pulau Setan dan Pulau Sikuai yang dijadikan sebuah destinasi pariwisata oleh Pemerintah Kota Padang. Namun, kehidupan ratusan warga di daerah ini tidak seindah daerah tersebut. Karena hampir 100 % rumah warga di daerah itu berada di tepi pantai malahan ada yang di bibir pantai.

Kemudian, jalan menuju daerah itu banyak yang terjal hanya terdiri dari kerikil sungai. Malahan juga banyak yang sudah berlobang. Karena memang jalan menuju daerah itu dibangun menyisiri bukit dan lembah. salah satu bukit yang disisir jajaln itu adalah bukit Mato Aie.Walau sudah sering dikunjungi pejabat, namun daerah ini masih tetap seperti itu dan tidak berubah serta jalannya memprihatinkan dan lebih parahnya kehidupan warganya juga jauh dari sejahtera.

Malahan, rumah warga di daerah tersebut kebanyakan di tepi pantai. Walau pepatah sudah menyebutkan bahwa kalau membuat rumah di tepi pantai jangan takut dihempas gelombang. Namun siapapun orangnya tidak akan ingin rumahnya roboh diterjang gelombang. Sehingga perlu kiranya gelombang tersebut halangi.

Tidak ada komentar: