Sabtu, 12 Januari 2008

Satu Lagi Saksi Eksekusi Wafat

Berpesan untuk Terus Perjuangkan Tanah Objek Perkara

Langit Kota Padang sore itu mulai diselubungi awan hitam, angin darat mulai bertiup mengibas daun pepohonan di kawasan bekas Eksekusi Subarang Padang. Matahari yang tadi memancarkan sinarnya kini tertutup awan tebal seperti menyampaikan kabar duka. Tidak lama berselang, suara dari handphone CDMA penulis berdering nyaring memecah kesunyian di redaksi POSMETRO, Kamis (10/1) sekitar pukul 15.15 WIB.

Nolpitos Hendri-Subarang Padang

Setelah kunci tombol handphone diaktifkan, maka terpampanglah tulisan "Message received" (pesan diterima) dari nomor yang sudah dikenal, ia seorang Penasehat Hukum Warga Korban Eksekusi Subarang Padang. Ketika pesan dibuka, ternyata pesan itu adalah pesan duka. Seorang saksi, dari porak porandanya Subarang Padang Selatan akibat Eksekusi, Isnaini (105) telah berpulang ke rahmatullah dalam usianya ke-105. Tidak lama berselang, lantunan suara Azan Ashar pun menggema di puncak rumah Allah.

Saat itu, awan hitam masih menghiasi langit Kota Padang. Dalam mendung dan hawa dingin yang mulai menyelimuti itu, penulis dengan sepeda motorpun menuju Subarang Padang Selatan dimana jenazah nenek Isnaini disemayamkan menjelang dikuburkan. Tepatnya di rumah seorang cucunya, Emi (40) yang hanya beberapa meter dari rumah almarhumah yang telah dieksekusi.

Sesampai di lokasi, hawa duka begitu terasa dari kejauhan. Karena sudah ramai warga sekitar yang berada di jalanan menuju rumah duka dengan memakai kerudung hitam dan ada pula yang menenteng bungkusan. Setibanya di rumah duka, isak tangis pun terdengar keluar dari mulut beberapa orang keluarga dan anak cucu serta cicit almarhumah. Tidak itu saja, korban eksekusi lainnya yang juga sudah berdatangan tampak meneteskan air mata mereka menandakan kesedihan yang mendalam.

Hingga almarhumah dikembumikan, Jumat (11/1) sekitar pukul 13.30 WIB di taman pemakaman Subarang Padang, suasana duka masih terbayang di wajah para korban eksekusi. Mata mereka masih terlihat merah karena sudah meneteskan air mata. Di tangan mereka juga terlihat sapu tangan untuk menyapu air mata mereka.

Salah seorang korban eksekusi, Jani (34) kepada POSMETRO mengaku sangat sedih. Karena dia dari kecil sudah mengenal sang nenek yang terbilang baik dan penyayang kepada anak-anak seusianya. Sang nenek juga pernah bercerita dongeng kepada Jani bersama teman-temannya waktu itu. Kadang juga memberi kue buatan sang nenek untuk dimakan bersama teman-temannya.

Sementara itu, cucu almarhumah, Emi (40) kepada POSMETRO mengatakan, bahwa nenek sudah sakit sejak sebualn terakhir. Pada awal sakitnya itu, sang nenek langsung dibawa ke RS M Djamil Padang untuk menjalani perawatan. Namun, kondisi nenek semakin memburuk dan akhirnya diputuskan untuk membawa nenek pulang. Ketika itu, sang nenek enggan pulang kerumah anaknya, karena ia ingin dekat dengan rumahnya yang telah runtuh akibat eksekusi.

Sang cucupun penuruti kehendak sang nenek dan membawanya kerumahnya yang tidak beberapa jauh dari lokasi eksekusi. Namun, hanya berselang satu minggu, akhirnya ia pun pergi mencari kedamaian dan kemenangan yang belum didapatkannya terhdap rumahnya yang telah dieksekusi hingga akhir hayatnya. Karena sudah begitu lama ia menunggu hingga berumur lebih dari seabad.

Sementara itu, Kuasa Hukum Warga Subarang Padang Selatan, Oktavianus Rizwa kepada POSMETRO mengatakan bahwa nenek tersebut merupakan seorang saksi yang banyak tahu dengan lika-liku mengenai tanah bekas eksekusi tersebut. Hingga akhir hayatnya, ia berpesan untuk selalu memperjuangkan tanah yang menjadi objek perkara di PN Padang itu hingga tetes darah penghabisan. Karena kebenaran tetap akan menang dari kemungkaran.

Tidak ada komentar: