Rabu, 09 Januari 2008

Swastanisasi Pasar Simpang Tabing untuk Kesejahteraan Masyarakat

Profil Kelurahan Bungo Pasang

BUNGO PASANG, METRO

Keberadaan Pasar Swastanisasi Simpang Tabing di wilayah Kelurahan Bungo Pasang sangat mendukung perekonomian masyarakat. Selain berada di areal yang strategis juga mudah diakses dengan kendaraan umum. Selain itu, juga banyak dari masyarakat yang memasarkan produknya ke pasar yang bertaraf tradisional itu. Baik hasil petani maupun kerajinan.

Lurah Bungo Pasang, Asrial kepada POSMETRO di ruang kerjanya mengatakan, dari jumlah penduduknya saat ini yang mencapai 10.542 jiwa yang berprofesi sebagai petani sekitar 15 %. Kemudian, yang berprofesi sebagai swastawan sekitar 35 %. Dengan demikian, sudah barang tentu bagi mereka disediakan tempat untuk memasarkan hasil dari pertanian bagi petani tersebut dan tempat mereka beraktifitas bagi swastawan.

"Pasar Swastanisasi Simpang Tabing tersebut terletak di atas areal seluas 2.225 meter persegi dalam wilayah Kelurahan Bungo Pasang. Sebelumnya, keberadaan pasar tersebut sering membuat resah warga karena tidak teraturan. Kemudian, keberadaan pasar itu sebelumnya juga membuat seringnya terjadi macet di Simpang Tabing tersebut," ungkap Asrial.

Dijelaskannya, karena pasar tersebut terletak di wilayah Kelurahan Bungo Pasang, maka 95 % tempat di pasar tersebut disediakan untuk warga Kelurahan Bungo Pasang. Karena, ini sebuah strategi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Bungo Pasang. Walau pada dasarnya sreal seluas tersebut disewa atau dikontrak kepada pemilik tanah sebanyak 8 juta untuk satu tahun. Untuk tahap awal ini, kontrak dilakukan selama 5 tahun. Pada setiap bulannya, hasil dari pasar itu dibayarkan untuk kontrak sebanyak 5 juta sebagai cicilan. Sedangkan selebihnya untuk membayar gaji biro dan pekerja sampah serta untuk meningkatkan dan penambahan aset pasar. Untuk sementara ini, kontrak sudah berjalan selama 2 tahun.

Sementara itu, tambah Asrial, wilayah Kelurahan Bungo Pasang yang seluas 250 Ha terbagi kepada 11 RW dan 44 RT. Daerah tersebut yang tinggal untuk daerah pertanian seluas 25 Ha dan selebihnya telah menjadi pemukiman masyarakat. Namun, dengan jumlah petani yang tinggal 15 %, daerah itu cukup bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan dan bisa digarap. Sementara, selain dari penduduk yang bekerja sebagai petani dan swasta itu juga ada buruh sebanyak 10 % dan sekitar 40 % lebihnya dalah PNS.

Sedangkan, lanjut Asrial, untuk warga yang berada pada usia kerja yang buta huruf sudah tidak adalagi. Karena rata pendidikan warga adalah SLTA. Sedangkan yang sudah menamatkan S1 juga ada sekitar 5 % dan juga ada yang putus sekolah karena kekurangan biaya atau miskin. Walaupun begitu, sebagian besar dari mereka sudah bekerja, walaupun pekerjaan mereka belum tergolong ke salah satu mata pencaharian atau masih tidak tetap. Pekerjaan itu seperti supir dan ojek. (nph)

Tidak ada komentar: