Rabu, 09 Januari 2008

Ungkapan Keprihatinan dan Dukungan Moral dari Seniman

Puisi Dibacakan di Bekas Eksekusi Seberang Padang

PADANG, METRO

Minggu, (6/1) sekitar pukul 14.00 WIB, beberapa orang seniman dari Perhimpunan Seniman Indonesia (Persindo) Sumbar datang ke lokasi bekas eksekusi Subarang Padang dan membacakan beberapa puisi. Disana juga hadir seorang seniman terkenal asal Sumbar dari Taman Ismail Marzuki, Jose Rizal Manua. Mereka ke lokasi itu untuk menyatakan ungkapan keprihatinan mereka dan sekaligus memberikan dukungan moral kepada warga Subarang Padang Selatan yang rumahnya di eksekusi tersebut.

Ketua Umum Perhimpunan Seniman Indonesia (Persindo) Sumbar, Asbon Budinan Haza kepada POSMETRO mengatakan, seniman yang anti penindasan dan lebih memperlihatkan nurani serta mengutamakan kemanusiaan kiranya sudah barang tentu sangat perlu memberikan dukungan moral kepada masyarakat yang tertindas. Karena mereka menjadi korban hukum di masa sekarang yang mengakibatkan rumah mereka di eksekusi.

Untuk itu, lanjut Asbon, kami hadir disini diantaranya, Jose Rizal Manua, Emeraldi Chatra, Adria C Thamrin (dari theater Kuliek), Azra Very Sabri (Ketua Persindo Bukittinggi), Muhammad Ibrahim Ilyas (Sekretaris Dewan Kesenian Sumbar-DKSB), Zamzami Ismail (anggota Komite Theater DKSB) dan Rizal Tanjung.

"Karena, sangat sulit sekali ditemukan di Indonesia sejak kemerdekaan 1945 lalu hingga sat ini penindasan yang tidak mengenal rasa kemanusiaan dan hati nurani. Apa jadinya negeri ini tanpa pemerintah. Karena, walau ada pemerintah, apa gunanya kita merdeka, kalau rakyat ada juga yang tertindas dan terjajah," ungkap Asbon.

Ditambahkan Asbon, dengan demikian mealui pembacaaan puisi keprihatinan ini dapat menggugah hati para penguasa hukum untuk tidak memandang hukum ini sebagai aturan saja, tetapi juga memandang hukum untuk kemanusian.

Sementara itu, Jose Rizal Manua setelah membacakan pusi karangannya yang berjudul "Keadilan" dan "Dan Kemerdekaan Adalah" yang ter dapat dalam buku karangannya yang berjudul "Menghayal Jadi Presiden" kepada wartawan mengatakan, menurutnya eksekusi yang dilakukan sebelum adanya putusan itu suatu ketidak adilan. Hal ini kiranya telah mencabik-cabik hukum itu sendiri di mata masyarakat.

"Untuk itu, kami hadir disini, selain mengungkapkan keprihatinan kami dengan puisi-pusi yang kami bacakan juga memberikan dukungan moral kepada warga untuk terus semangat dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Sekaligus berharap supaya warga sabar dan tabah atas kejadian ini. Kemudian, juga mengingatkan pengambil keputusan mengenai perbuatan yang telah dibuatnya," ungkap Jose Rizal.

Sementara itu, perwakilan warga, Yusbar Saad kepada wartawan mengatakan, kegelisahan dan sakit hati atas keputusan Pengadilan Negeri atas perkara sedikit terhibur dengan adanya acara pembacaan puisi ini. Kalau hujan kedinginan dan kalau panas kepanasan.

Sedangkan seorang warga, Jani (34) kepada POSMETRO mengatakan, acara ini cukup menghibur dan menyentuh hati. Selain itu menimbulkan semangat untuk tetap berjuang mempertahankan tanah tempat tinggalnya. Selain itu, juga berharap adanya bantuan dari seniman untuk memperjuangkan tanah tempat dia dan kawan-kawannya bertahan hidup. Karena hingga saat ini dia bersama teman-temannya terpaksa tidur di tenda dan menumpang.

Pada saat itu, Adria C Thamrin dari theater Kuliek menbacakan puisi berjudul "Wajah Kita" karangan Hamid Jabar. Sedangkan Azra Very Sabri, Ketua Persindo Bukittinggi membacakan puisi yang berjudul "Eksekusi" karangan Hamid Jabar. (nph)

Tidak ada komentar: